Perhatikan Inilah 10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand
Selasa, 12 Desember 2017
Add Comment
Perkembangan dunia usaha
begitu pesat disertai dengan iklim persaingan yang kompetitif telah menyebabkan
perubahan mendasar terhadap tujuan perusahaan dari hanya mengharapkan laba
semata, menjadi orientasi pada kepuasan pelanggan yang akhirnya beralih untuk
bagaimana mempertahankan pelanggan untuk dapat terus menggunakan produk
yang ditawarkan. Kepuasan pelanggan tidak terlepas dari adanya kebijakan dan
strategi pemasaran yang dilakukan.
Sebuah Pekerjaan yang Besar
Menurut Gronroos (1997)
dalam Tjiptono dkk (2008) pemasaran bertujuan untuk menjalin, mengembangkan,
dan mengkomersialisasikan hubungan dengan pelanggan untuk jangka sedemikian
rupa sehingga tujuan masing-masing pihak dapat
dilakukan. Hal ini dilakukan
melalui proses pertukaran dan saling memenuhi janji.
Sedangkan konsep pemasaran
berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada
kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengomunikasikan nilai
pelanggan (customer value) kepada pasar sasaranya secara lebih efektif
dibandingkan pada pesaing. Konsep pemasaran bertumpu pada empat pilar utama
pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi (integrated
marketing), dan profitabilitas.
Tahukah bahwa keberhasilan
pemasaran sangat ditentukan pula oleh kemampuan organisasi dalam membedakan
lima jenis kebutuhan yaitu sebagai berikut:
• States needs seperti,
konsumen membutuhkan sepeda motor yang tidak mahal
• Real needs seperti, konsumen
membutuhkan sepeda motor yang biaya pengoperasiannya bukan harga murah
• Unstated needs misalnya,
konsumen mengharapkan layanan prima dari dealer
• Delight needs misalnya,
konsumen berharap bahwa dealer memberikan pula bonus berupa peta kota tempat
pembelian motor tersebut
• Secret needs contohnya,
konsumen ingin dipandang teman-temanya sebagai konsumen yang ‘cerdas’ dalam
memilih produk
Menurut Tjiptono dkk (2008),
kemampuan membedakan kelima jenis kebutuhan tersebut berdampak pada tiga tipe
pemasaran antara lain:
• Responsive marketing, yaitu
mengidentifikasikan dan memenuhi stated needs.
Anticipative marketing,
yakni berusaha memperkirakan apa yang
dibutuhkan pelanggan dalam waktu dekat.
• Creative marketing, yaitu
menemukan dan menghasilkan solusi yang tidak diduga (bahkan belum terbayangkan
oleh) pelanggan namun berpotensi ditanggapi secara antusias. Hal ini terbukti
ampuh dalam pemasaran produk-produk high-tech, seperti iPod, Smart Phone, mesin
faks, fotokopi, compact disc players, dan ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
Seberapa Penting Sebuah
Merek
Brand memegang peranan
sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen dengan
perusahaan yang menciptakan suatu produk, sehingga tercipta ikatan emosional
antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk.
Berdasarkan peran
dan kegunaan merek
diatas disimpulkan bahwa
konsumen yang menunjukkan sikap positifnya terhadap suatu merek
mempunyai komitmen pada merek tertentu dan berniat untuk terus membelinya di
masa depan menunjukkan secara langsung oleh kepuasan atau ketidakpuasan dengan
merek yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Ambadar dkk (2007)
merek adalah nama, istilah, logo, tanda atau lambang dan kombinasi dari dua
atau lebih unsur tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang-barang
atau jasa dari seseorang penjual atau kelompok penjual untuk membedakan dari
produk pesaing. Dengan merek, perusahaan mampu membebaskan dirinya sendiri dari
supply and demand dan merek perusahaan/ produsen menunjukan suatu standar
kualitas/mutu tertentu,sehinngga diharapkan akan memperoleh angka penjualan dan
menguasai pasar (market share) yang lebih besar.
Baca Juga: Pemenang Bright Awards 2017
Merek merupakan cerminan
value anda berikan kepada pelanggan. Karena itu merek sebagai “value indikator”
perusahaan dan produk anda. Merek adalah ekuitas, aset, perusahaan yang
menciptakan dan menambah value bagi produk dan jasa yang ditawarkan.
Apa nilai yang didapatkan
bagi produsen jika anda memiliki ekuitas merek yang kuat ?
Ekuitas merek dapat
dikomunikasikan melalui simbol visual dan pesan konsisten yang memungkinkan
konsumen dengan mudah “ membedakan” produknya dengan produk pesaing. Dengan
“bahasa komunikasi” yang efektif terhadap target pasar yang tepat akan membuat konsumen bisa
memilih produk mana yang menurut mereka
tepat dengan kebutuhannya. Umumnya konsumen yang ingin membeli produk akan
mencoba mengenali ciri–ciri dari produk tersebut melalui merek.
Ekuitas merek yang kuat akan
memberikan nilai lebih atau peluang bagi produsen untuk melakukan perluasan
merek untuk mengeksploitasi pasar secara lebih mendalam.
Ekuitas merek adalah aset
intangible yang dimiliki oleh sebuah merek karena value yang diberikan baik
kepada si produsen maupun kepada si pelanggan. Ekuitas merek yang tinggi pula
valuenya yang diberikan oleh merek tersebut kepada produsen atau kepada si
pelanggan.
Merek bisa menjadi basis
terbentuknya ‘loyalitas” dan bahkan fanatisme pelanggan. Contoh Harley Davidson
( saking loyal dan fanatiknya pelanggan mau lengan dan dadanya ditatto dengan
Harley Davidson).
Merek bisa menjadi komponen
keunggulan bersaing yang sangat kuat, sehingga sulit ditiru oleh pesaing.
Contoh jeans merek Levi’s karena kuatnya identitas mereknya yang begitu kokoh
membuatnya berbeda dengan produk pesaing.
Ada beberapa konsep merek
yang harus diperhatikan dan dipahami agar kita dapat lebih jelas mengenai unsur
apa saja yang terkandung dan berkaitan
dengan Brand/Merek:
1. Brand Awareness (Kesadaran
Merek)
Brand Awareness adalah
kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu
merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengenalan maupun pengingat
merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkan ke
kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan di perbaiki dapat
ditempuh beberapa cara berikut :
• Pesan yang disampaikan
harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada
hubungan antara merek dengan katagori produknya.
• Memakai slogan atau jingle
lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek
Baca Juga: Pemenang Bright Awards 2017
• Jika produk memilih
simbol, hendak simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya misal bear
brand milk dengan simbol beruang, Ice Cream Walls dengan simbol singa
• Perluasan nama merek dapat
dipakai agar merek semakin diingat pelanggan misal seperti rokok Djarum
bear brand milk
• Brand Awareness dapat
diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau
keduanya.
• Melakukan pengulangan
untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit
dibandingkan membentuk pengenalan.
(Durianto dkk (2001)
2. Brand Identify (Identifikasi
Merek)
Tujuan dari melengkapi merek
dengan identifikasi adalah untuk membuat orang- orang menyukainya dan
memandangnya sebagai suatu yang unik dalam hal. Dengan melakukannya,
pembangunan merek akan sukses dalam menghasilkan citra merek yang diinginkan.
Brand Identity desain identitas juga akan membantu konsumen mengingat perusahaan,
dan akan membawa mereka kembali. Desain identitas brand yang tepat dapat
menjadi salah satu alat marketing terkuat sebuah perusahaan yang dapat
menerjemahkan nilai-nilai, dan visi strategis perusahaan ke dalam gambar yang
konsisten sehingga konsumen akan menjadi akrab dengannya. Sebuah desain
identitas merek, seperti logo, adalah sebuah konsep nyata yang memberikan
perusahaan sebuah identitas visual.
4. Brand Image (Citra
Merek)
Semakin Tinggi Citra Merek, Maka Equitas Merek Juga Akan Tinggi
Brand image atau citra merek
merupakan hasil dari pandangan atau penilaian konsumen terhadap suatu merek
apakah itu baik atau buruk. Konsumen mungkin mengembangkan serangkaian
kepercayaan merek mengenai dimana posisi setiap merek menurut masing-masing
atribut. Kepercayaan merek ini akan membentuk citra merek. Kepercayaan merek
konsumen bervariasi menurut pengalaman
dan pengaruh dari persepsi konsumen tersebut.
Citra merek didefinisikan
sebagai persepsi atau kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh
sekumpulan asosiasi yang menghubungkan pelanggan dengan merek dalam ingatan
(Sitinjak dan Tumpal, 2005).
Temporal (2002) menyatakan
bahwa citra dapat didasarkan pada kenyataan atau fiksi tergantung dari
bagaimana konsumen mempersepsikannya. Perbedaan antara identitas merek dan
citra merek adalah terletak pada apa yang disebut sebagai perception gap.
Sitinjak dan Tumpal (2005) menyatakan bahwa citra merek memiliki dua komponen
yaitu asosiasi merek dan personal merek.
Kotler dan keller (2007)
menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek akan membentuk citra merek dimana
citra merek bagi konsumen akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman dengan
merek tersebut yang disaring oleh efek persepsi selektif, distorsi selektif dan
retensi selektif.
Dari konsep-konsep diatas
dapat dirumuskan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek
secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tertentu dan
bagaimana konsumen memandang atau mempunyai persepsi terhadap suatu merek. Dari
arti yang didapat menunjukan bahwa brand image sangat berpatokan pada
pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu
merek. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki
konsisten terhadap brand image.
Citra merek berkaitan dengan
kombinasi pengaruh dari asosiasi merek atau lebih khusus, persepsi konsumen
mengenai merek tangible dan intangible, menguraikan asosiasi yang unik, kuat,
dan disukai. Citra merek yang unik, kuat dan disukai akan membawa merek berada
dalam posisi yang strategis dalam memori kosumen dalam hal ini akan
meningkatkan ekuitas merek. Chang et.al.
(2008) menyatakan bahwa pembentukan ekuitas merek memerlukan merek yang
familiar dan positif dimata konsumen. Perusahaan harus memperhatikan tentang
peningkatan peningkatan nilai merek dalam pengembangan citra merek.
Hasil penelitian Sitinjak
dan tumpal (2005) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan
antara citra merek terhadap ekuitas
merek. Akan tetapi hasil penelitian Woodside dan Walser (2009)
menunjukan bahwa tidak ada pengaruh dari citra merek terhadap equitas merek.
Namun demikian secara teoritis, citra merek cenderung berpengaruh secara
positif terhadap pembentukan equitas merek.
5. Brand Attitude (Sikap Merek)
Sikap merek adalah evaluasi
keseluruhan konsumen terhadap merek, atau citra merek sebagai evaluasi
keseluruhan merek dalam konteks kualitas dan kepuasan terhadap merek (Sitinjak
dan Tumpal, 2005). Sikap merek atau sikap terhadap merek adalah evaluasi
keseluruhan konsumen terhadap merek. Ada 2 dasar konsep sikap merek telah
diperkenalkan beberapa tahun terakhir dalam penelitian pemasaran.
Konsep pertama yang juga
disebut konsep klasik adalah sikap yang merajuk kepada komponen kognitif,
afektif, dan konatif (Chang, et.al,
2008). Konsep lain yang lebih sederhana, menjelaskan sikap merek sebagai bentuk
dimensi yang mempresentasikan akibat positif atau negative.
Sikap positif suatu konsumen
terhadap merek akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian sedangkan dengan
sikap negative akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Dengan
demikian Nampak jelas bahwa sikap merek berkaitan dengan ekuitas merek.
Hasil penelitian Chang
et.al. (2008) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara sikap merek terhadap ekuitas merek. Artinya semakin tinggi sikap
konsumen terhadap suatu merek tertentu, maka semakin tinggi pula ekuitas merek. Akan tetapi hasil penelitian sitinjak
dan tumpal (2005) menunjukkan bahwa sikap merek tidak berpengaruh signifikan
terhadap ekuitas merek secara langsung. Sedangkan secara teoritis, sikap merek
cenderung berpengaruh positif terhadap ekuitas merek.
6. Brand Equity (Ekuitas Merek)
Ekuitas merek memiliki
posisi yang terpenting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Bagi perusahaan
yang ingin tetap bertahan dan melangkah lebih maju untuk memenangkan
persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi ekuitas merek produknya. Ekuitas
merek yang kuat akan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam
persaingan dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Kotler dkk (2009)
ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan kepada produk
dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berfikir, merasa,
dan bertindak dalam hubungannya dalam merek dan juga harga, pangsa pasar, dan
profitabilitas yang di berikan merek bagi perusahaan. Agar asset dan liabilitas
mendasari ekuitas merek, keduanya harus saling berhubungan dengan nama atau
simbol sebuah merek. Dimensi ekuitas merek terdiri atas kesadaran merek (brand
awaraness), persepsi kualitas merek (brand
perceived quality), asosiasi
merek (brand associations) dan loyalitas
merek (brand loyality).
Empat dimensi ekuitas merek
yang perlu anda pahami menurut Aaker dalam Septin (2006) ekuitas merek terdiri
dari Loyalitas Merek (Brand Loyalty), Kesadaran Merek (Brand Awareness),
Asosiasi merek (Brand Association), dan Persepsi Kualitas merek (Brand
Perceived Quality).
7. Loyalitas Merek (Brand
Loyalty)
Menurut Rangkuti (2008),
loyalitas merek adalah suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.
Simamora (2003), menyatakan bahwa loyalitas merek adalah ukuran kedekatan
pelanggan pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), loyalitas
merek merupakan suatu ukuran ketertarikan seorang pelanggan kepada sebuah
merek.
Berdasarkan definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan
atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan
gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke produk yang
lain, terutama jika pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan yang baik
menyangkut harga maupun atribut lainnya.
8. Kesadaran Merek (Brand
Awareness)
Menurut Aaker dalam Rangkuti
(2008), kesadaran merek adalah kemampuan seorang pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk
tertentu. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), kesadaran merek merupakan
kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu
merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.
Tjiptono (2005) mengatakan
bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingatkan
bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa kesadaran merek
merupakan kemampuan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk.
9. Asosiasi Merek (Brand
Association)
Menurut Aaker dalam Rangkuti
(2008), asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai
sebuah merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa asosiasi merek
adalah segala hal yang
berkaitan tentang merek dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto dkk
(2004), asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul di benak seseorang
yang terkait dengan ingatan mengenai suatu merek.
10. Persepsi Kualitas Merek
(Brand Perceived Quality)
Menurut Aaker dalam Rangkuti
(2008), persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan Terhadap keseluruhan
Kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud
yang di harapkannya. Simamora (2003) menyatakan bhwa persepsi kualitas merek
adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau
jasa layanan di tinjau dari fungsinya secara relative dengan produk lain.
Jadi Brand menjadi sangat penting karena beberapa faktor diantaranya :
• Emosi konsumen terkadang naik turun, brand membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil
• Brand mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar
• Brand mampu menciptakan komunikasi interaksi dan konsumen
• Brand sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen
• Brand memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen
• Brand berkembang menjadi sumber asset terbesar bagi perusahaan
Demikian,10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand
0 Response to "Perhatikan Inilah 10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand"
Posting Komentar