-->

Perhatikan Inilah 10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand

Perkembangan dunia usaha begitu pesat disertai dengan iklim persaingan yang kompetitif telah menyebabkan perubahan mendasar terhadap tujuan perusahaan dari hanya mengharapkan laba semata, menjadi orientasi pada kepuasan pelanggan yang akhirnya beralih  untuk  bagaimana mempertahankan pelanggan untuk dapat terus menggunakan produk yang ditawarkan. Kepuasan pelanggan tidak terlepas dari adanya kebijakan dan strategi pemasaran yang dilakukan.

Sebuah Pekerjaan yang Besar
Menurut Gronroos (1997) dalam Tjiptono dkk (2008) pemasaran bertujuan untuk menjalin, mengembangkan, dan mengkomersialisasikan hubungan dengan pelanggan untuk jangka sedemikian rupa sehingga tujuan masing-masing pihak dapat  dilakukan.  Hal ini dilakukan melalui proses pertukaran dan saling memenuhi janji.

Sedangkan konsep pemasaran berpandangan bahwa kunci untuk mewujudkan tujuan organisasi terletak pada kemampuan organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan (customer value) kepada pasar sasaranya secara lebih efektif dibandingkan pada pesaing. Konsep pemasaran bertumpu pada empat pilar utama pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi (integrated marketing), dan profitabilitas.

10 Unsur Berkaitan Dengan Brand

Tahukah bahwa keberhasilan pemasaran sangat ditentukan pula oleh kemampuan organisasi dalam membedakan lima jenis kebutuhan yaitu sebagai berikut:
 States needs seperti, konsumen membutuhkan sepeda motor yang tidak mahal
 Real needs seperti, konsumen membutuhkan sepeda motor yang biaya pengoperasiannya bukan harga murah
 Unstated needs misalnya, konsumen mengharapkan layanan prima dari dealer
 Delight needs misalnya, konsumen berharap bahwa dealer memberikan pula bonus berupa peta kota tempat pembelian motor tersebut
 Secret needs contohnya, konsumen ingin dipandang teman-temanya sebagai konsumen yang ‘cerdas’ dalam memilih produk

Menurut Tjiptono dkk (2008), kemampuan membedakan kelima jenis kebutuhan tersebut berdampak pada tiga tipe pemasaran antara lain:
 Responsive marketing, yaitu mengidentifikasikan dan memenuhi stated needs.
Anticipative marketing, yakni  berusaha memperkirakan apa yang dibutuhkan pelanggan dalam waktu dekat.
 Creative marketing, yaitu menemukan dan menghasilkan solusi yang tidak diduga (bahkan belum terbayangkan oleh) pelanggan namun berpotensi ditanggapi secara antusias. Hal ini terbukti ampuh dalam pemasaran produk-produk high-tech, seperti iPod, Smart Phone, mesin faks, fotokopi, compact disc players, dan ATM (Anjungan Tunai Mandiri).

Seberapa Penting Sebuah Merek
Brand memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen dengan perusahaan yang menciptakan suatu produk, sehingga tercipta ikatan emosional antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk.

Berdasarkan  peran  dan  kegunaan  merek  diatas  disimpulkan  bahwa  konsumen yang menunjukkan sikap positifnya terhadap suatu merek mempunyai komitmen pada merek tertentu dan berniat untuk terus membelinya di masa depan menunjukkan secara langsung oleh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek yang telah digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Ambadar dkk (2007) merek adalah nama, istilah, logo, tanda atau lambang dan kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang-barang atau jasa dari seseorang penjual atau kelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaing. Dengan merek, perusahaan mampu membebaskan dirinya sendiri dari supply and demand dan merek perusahaan/ produsen menunjukan suatu standar kualitas/mutu tertentu,sehinngga diharapkan akan memperoleh angka penjualan dan menguasai pasar (market share) yang lebih besar. 

Merek merupakan cerminan value anda berikan kepada pelanggan. Karena itu merek sebagai “value indikator” perusahaan dan produk anda. Merek adalah ekuitas, aset, perusahaan yang menciptakan dan menambah value bagi produk dan jasa yang ditawarkan.

Apa nilai yang didapatkan bagi produsen jika anda memiliki ekuitas merek yang kuat ?
Ekuitas merek dapat dikomunikasikan melalui simbol visual dan pesan konsisten yang memungkinkan konsumen dengan mudah “ membedakan” produknya dengan produk pesaing. Dengan “bahasa komunikasi” yang efektif terhadap target  pasar yang tepat akan membuat konsumen bisa memilih produk  mana yang menurut mereka tepat dengan kebutuhannya. Umumnya konsumen yang ingin membeli produk akan mencoba mengenali ciri–ciri dari produk tersebut melalui merek.

Ekuitas merek yang kuat akan memberikan nilai lebih atau peluang bagi produsen untuk melakukan perluasan merek untuk mengeksploitasi pasar secara lebih mendalam.

Ekuitas merek adalah aset intangible yang dimiliki oleh sebuah merek karena value yang diberikan baik kepada si produsen maupun kepada si pelanggan. Ekuitas merek yang tinggi pula valuenya yang diberikan oleh merek tersebut kepada produsen atau kepada si pelanggan.

Merek bisa menjadi basis terbentuknya ‘loyalitas” dan bahkan fanatisme pelanggan. Contoh Harley Davidson ( saking loyal dan fanatiknya pelanggan mau lengan dan dadanya ditatto dengan Harley Davidson).

Merek bisa menjadi komponen keunggulan bersaing yang sangat kuat, sehingga sulit ditiru oleh pesaing. Contoh jeans merek Levi’s karena kuatnya identitas mereknya yang begitu kokoh membuatnya berbeda dengan produk pesaing. 

Ada beberapa konsep merek yang harus diperhatikan dan dipahami agar kita dapat lebih jelas mengenai unsur apa saja yang terkandung dan berkaitan dengan Brand/Merek:

1. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Brand Awareness adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu produk tertentu. Pengenalan maupun pengingat merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkan ke kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan di perbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut :
• Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan katagori produknya.
• Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek 

Jika produk memilih simbol, hendak simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya misal bear brand milk dengan simbol beruang, Ice Cream Walls dengan simbol singa
• Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat pelanggan misal seperti rokok Djarum
bear brand milk
• Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya.
• Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk  pengenalan. (Durianto dkk (2001)

2. Brand Identify (Identifikasi Merek)
Tujuan dari melengkapi merek dengan identifikasi adalah untuk membuat orang- orang menyukainya dan memandangnya sebagai suatu yang unik dalam hal. Dengan melakukannya, pembangunan merek akan sukses dalam menghasilkan citra merek yang diinginkan. Brand Identity desain identitas juga akan membantu konsumen mengingat perusahaan, dan akan membawa mereka kembali. Desain identitas brand yang tepat dapat menjadi salah satu alat marketing terkuat sebuah perusahaan yang dapat menerjemahkan nilai-nilai, dan visi strategis perusahaan ke dalam gambar yang konsisten sehingga konsumen akan menjadi akrab dengannya. Sebuah desain identitas merek, seperti logo, adalah sebuah konsep nyata yang memberikan perusahaan sebuah identitas visual.

4. Brand Image (Citra Merek) 
Semakin Tinggi Citra Merek, Maka Equitas Merek Juga Akan Tinggi 
Brand image atau citra merek merupakan hasil dari pandangan atau penilaian konsumen terhadap suatu merek apakah itu baik atau buruk. Konsumen mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan merek mengenai dimana posisi setiap merek menurut masing-masing atribut. Kepercayaan merek ini akan membentuk citra merek. Kepercayaan merek konsumen bervariasi  menurut pengalaman dan pengaruh dari persepsi konsumen tersebut.

Citra merek didefinisikan sebagai persepsi atau kesan tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan pelanggan dengan merek dalam ingatan (Sitinjak dan Tumpal, 2005).

Temporal (2002) menyatakan bahwa citra dapat didasarkan pada kenyataan atau fiksi tergantung dari bagaimana konsumen mempersepsikannya. Perbedaan antara identitas merek dan citra merek adalah terletak pada apa yang disebut sebagai perception gap. Sitinjak dan Tumpal (2005) menyatakan bahwa citra merek memiliki dua komponen yaitu asosiasi merek dan personal merek.

Kotler dan keller (2007) menyatakan bahwa kepercayaan terhadap merek akan membentuk citra merek dimana citra merek bagi konsumen akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman dengan merek tersebut yang disaring oleh efek persepsi selektif, distorsi selektif dan retensi selektif.

Dari konsep-konsep diatas dapat dirumuskan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tertentu dan bagaimana konsumen memandang atau mempunyai persepsi terhadap suatu merek. Dari arti yang didapat menunjukan bahwa brand image sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsisten terhadap brand image.

Citra merek berkaitan dengan kombinasi pengaruh dari asosiasi merek atau lebih khusus, persepsi konsumen mengenai merek tangible dan intangible, menguraikan asosiasi yang unik, kuat, dan disukai. Citra merek yang unik, kuat dan disukai akan membawa merek berada dalam posisi yang strategis dalam memori kosumen dalam hal ini akan meningkatkan ekuitas  merek. Chang et.al. (2008) menyatakan bahwa pembentukan ekuitas merek memerlukan merek yang familiar dan positif dimata konsumen. Perusahaan harus memperhatikan tentang peningkatan peningkatan nilai merek dalam pengembangan citra merek.

Hasil penelitian Sitinjak dan tumpal (2005) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara citra merek terhadap ekuitas  merek. Akan tetapi hasil penelitian Woodside dan Walser (2009) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh dari citra merek terhadap equitas merek. Namun demikian secara teoritis, citra merek cenderung berpengaruh secara positif terhadap pembentukan equitas merek.

5. Brand Attitude (Sikap Merek)
Sikap merek adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap merek, atau citra merek sebagai evaluasi keseluruhan merek dalam konteks kualitas dan kepuasan terhadap merek (Sitinjak dan Tumpal, 2005). Sikap merek atau sikap terhadap merek adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap merek. Ada 2 dasar konsep sikap merek telah diperkenalkan beberapa tahun terakhir dalam penelitian pemasaran.
Konsep pertama yang juga disebut konsep klasik adalah sikap yang merajuk kepada komponen kognitif, afektif, dan konatif   (Chang, et.al, 2008). Konsep lain yang lebih sederhana, menjelaskan sikap merek sebagai bentuk dimensi yang mempresentasikan akibat positif atau negative.

Sikap positif suatu konsumen terhadap merek akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian sedangkan dengan sikap negative akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Dengan demikian Nampak jelas bahwa sikap merek berkaitan dengan ekuitas merek.

Hasil penelitian Chang et.al. (2008) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap merek terhadap ekuitas merek. Artinya semakin tinggi sikap konsumen terhadap suatu merek tertentu, maka semakin tinggi pula ekuitas  merek. Akan tetapi hasil penelitian sitinjak dan tumpal (2005) menunjukkan bahwa sikap merek tidak berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek secara langsung. Sedangkan secara teoritis, sikap merek cenderung berpengaruh positif terhadap ekuitas merek.

6. Brand Equity (Ekuitas Merek)
Ekuitas merek memiliki posisi yang terpenting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan dan melangkah lebih maju untuk memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi ekuitas merek produknya. Ekuitas merek yang kuat akan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Kotler dkk (2009) ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berfikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dalam merek dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang di berikan merek bagi perusahaan. Agar asset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya harus saling berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Dimensi ekuitas merek terdiri atas kesadaran merek (brand awaraness), persepsi kualitas merek (brand  perceived  quality), asosiasi merek (brand  associations) dan loyalitas merek (brand loyality).

Empat dimensi ekuitas merek yang perlu anda pahami menurut Aaker dalam Septin (2006) ekuitas merek terdiri dari Loyalitas Merek (Brand Loyalty), Kesadaran Merek (Brand Awareness), Asosiasi merek (Brand Association), dan Persepsi Kualitas merek (Brand Perceived Quality).

7. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Menurut Rangkuti (2008), loyalitas merek adalah suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa loyalitas merek adalah ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), loyalitas merek merupakan suatu ukuran ketertarikan seorang pelanggan kepada sebuah merek.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan yang baik menyangkut harga maupun atribut lainnya.

8. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), kesadaran merek adalah kemampuan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Tjiptono (2005) mengatakan bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingatkan bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan  bahwa  kesadaran  merek  merupakan kemampuan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk.

9. Asosiasi Merek (Brand Association)
Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Simamora (2003), menyatakan bahwa asosiasi  merek  adalah  segala hal  yang  berkaitan  tentang merek  dalam ingatan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2004), asosiasi merek merupakan segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatan mengenai suatu merek.

10. Persepsi Kualitas Merek (Brand Perceived Quality)

Menurut Aaker dalam Rangkuti (2008), persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan Terhadap keseluruhan Kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang di harapkannya. Simamora (2003) menyatakan bhwa persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan di tinjau dari fungsinya secara relative dengan produk lain.

Jadi Brand menjadi sangat penting karena beberapa faktor diantaranya :
 Emosi konsumen terkadang naik turun, brand membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil
 Brand mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar
 Brand mampu menciptakan komunikasi interaksi dan konsumen 
 Brand sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen
 Brand memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen
 Brand berkembang menjadi sumber asset terbesar bagi perusahaan

Demikian,10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand

0 Response to "Perhatikan Inilah 10 Unsur Berkaitan dan Memperngaruhi Brand"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel