-->

Daya Tarik Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?

Pesan iklan yang terbaik adalah pesan yang mampu membuat konsumen mengerti, tertarik dan yang terpenting mampu menggambarkan kelebihan produk secara proporsional. Daya tarik pesan seperti yang diungkapkan oleh M. Suyanto, bhwa ada beberpa daya tarik dari pesan yang turut menentukan keberhasilan dalam beriklan, diantaranya : 

a. Tokoh/selebtiris, penggunaan figure selebritis amat membantu sebuah produk dalam memperkenalkan dan mempertahankan penjualan. Selebritis tidak saja dari kalangan artis, perfilman tetapi juga olahragawan dan entertainer. 

b. Rasa takut, daya tarik ini lebih cenderung untuk memperbaiki motivasi, tindakan pencegahan dan biasanya diaplikasikan dalan dunia kesehatan. 

c. Kesalahan, konsep kesalahan sebagai salah satu konsep komunikasi untuk menarik perhatian seseorang terhadap berbagai aktivitasnya yang dianggap lumrah, wajar sehingga menurutnya benar. 

d. Komparatif dengan perbandingan yang menjanjikan kemajuan atau keuntungan. Komparasi adalah salah satu cara terbaik dalam memperkenalkan produk serta meningkatkan kesadaran merek, komparasi yaitu membandingkan produk yang satu dengan pesaing atau dengan produk lama. 

e.  Positif/rasional, cara ini menekankan kepada alasan dasar, manfaat, pengalaman terhadap penggunaan merek. Iklan dengan gaya rasional menekankan fakta, belajar dan ajakan logis serta jaminan yang dapat memuaskan konsumen. 

f. Emosional atau persamaan persepsi tentang kebutuhan. Faktor emosional dominan terhadap kebutuhan psikologis, yaitu tentang kepuasan, kenyamanan dan sebagainya.

g. Humor, dapat menjadi metode yang efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan.
Daya Tarik Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?

Menggunakan Unsur Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?
Humor memang setiap orang suka humor, tak terkecuali siapapun dia, baik artis, pedagang, karyawan, pegawai negeri, pejabat bahkan presiden pun suka humor. Terkadang mereka menggunakan humor saat memberikan reaksi terhadap suatu kondisi atau menciptakan reaksi yang diinginkan.

Pengiklan menggunakan menggunakan humor sebagai sarana untuk menciptaklan tujuan agar informasi yang disampaikan memicu perhatian, mengarahkan konsumen terhadap tuntutan produk, mempengaruhi sikap, yang pada ahirnya menciptakan perilaku konsumen untuk membeli atau menggunakan produk.

Mentransformasikan humor ke dalam sebuah iklan, bukanlah ide yang tanpa tujuan. Seperti halnya banyak kiat yang sudah dipraktekkan, kiat menyisipkan unsur humor ke dalam iklan memiliki tujuan memberi daya tarik dari iklan itu sendiri. Akan halnya memasang iklan yang “humoris” di layar TV, tentu saja untuk memancing perhatian para pemirsa TV terhadap suatu produk yang ditawarkan.

Humor, untuk sebagian kalangan praktisi periklanan dipandang memiliki kekuatan mempersuasi calon konsumen. Selain mengandalkan kelucuan naskah iklannya, tidak jarang para penggarap iklan memakai seorang pelawak sebagai model iklan. Mereka mempunyai rumusan bahwa dialog yang dibawakan serta logat sang pelawak akan melahirkan banyolan-banyolan segar yang merangsang perhatian pemirsa.

Timbul persoalan yang isinya mempertanyakan kembali, apakah panggunaan unsur humor di dalam pesan iklan akan mampu meningkatkan hasil dari aktivitas promosi suatu produk tertentu? Atau malah sebaliknya, humor bisa “mengaburkan“ misi pesan iklan, dimana terjadi bias perhatian pemirsa yang menjadi target-marketnya. Dengan lain perkataan, pemirsa menyaksikan iklan lantaran lebih tertarik dengan humornya, dan bukan karena alasan tertarik pada produk yang diiklankan

Para praktisi periklanan di Negara Amerika Serikat ternyata banyak yang tidak sepenuhnya percaya terhadap kekuatan humor di dalam iklan. Mereka beraggapan, humor bisa saja menghibur, tetapi tidak selalu membantu penjualan barang atau jasa. Boleh jadi, tampilan iklan di Negara Paman Sam menjadi tidak didominasi unsur -unsur humor. Biro iklan disana lebih senang memilih sejumlah nama aktris atau aktor dan juga penyanyi top sebagai model iklannya.

Perusahaan minuman Pepsi, misalnya, di tahun 1984 memilih Michael Jackson sebagai model iklannya dengan bayaran US$ 4,5 juta. Kemudian di tahun 1989, Pepsi menandatangani kontrak iklannya dengan penyanyi top Madonna. Saat itu Madonna memperoleh US$ 5 juta untuk tampil dalam film iklan Pepsi yang durasinya hanya 2 menit. Ini sekedar contoh untuk menggambarkan, betapa iklan harus ditebus dengan biaya yang tidak murah agar penampilannya bisa memancing perhatian calon konsumen.

Namun di dalam bisnis periklanan, bukan hanya cost yang mahal. Ide-ide untuk tampilan iklan pun dihargai sangat mahal, karena ia harus muncul dari daya imajinasi dan proses kreativitas yang tinggi. Tidak hanya itu, ide iklan yang baik hanya bisa dihasilkan dari kadar intelektual yang memadai, naluri yang tajam serta pengalaman yang cukup dari para pencipta iklan.

Fungsi iklan adalah untuk mempertemukan konsumen dengan sesuatu produk. Dan tujuannya tentu saja bukan untuk menghibur, tetapi untuk memberi informasi kepada khalayak mengenai hal ikhwal sebuah produk. Walau demikian , bukan berarti iklan tidak boleh menghibur. Segala lelucon atau dagelan sah -sah saja bila dijadikan “senjata” dalam usaha menggaet perhatian (to capture attention) calon konsumen.
Dari pemahaman ini, maka humor harus diperlakukan sebagai “alat” dan bukan merupakan tujuan. Dengan demikian, unsur humor harus sinkron dan mampu menunjang tercapainya tujuan, yakni memberi informasi segala hal yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan.

Sifat alamiah manusia (human nature) selalu ingin merasakan senang, maka elemen efektifnya (sisi perasaan) lebih berperan. Tidak heran jika perhatian khalayak akan terpusat pada unsur humor, yang mampu membuat hatinya senang. Ada baiknya kita memikirkan bagaimana meramu unsur humor di dalam sebuah iklan dengan tidak mengaburkan unsur informatif dari produk yang ditawarkan. Artinya, kita perlu memperhatikan takaran menggunakan unsur humor di dalam pesan-pesan iklan.

Berhati-hatilah dalam menggunakan cara humor sebagai pendekatan. Menurut Max Sutherland iklan lucu akan mengurangi unsur pesan yang penting, Fokus audience justru akan tertuju pada “lucunya” dan bukan pada inti pesannya.Kata sutherland lagi, iklan lucu hanya efektif jika persepsi orand terhadap pesan sudah dianggap positif

Jika takaran humor dipandang remeh, bukan mustahil akan muncul stimuli yang tidak terkondisikan (unconditioned stimuli), dimana khalayak tidak lagi dirangsang untuk mengkonsumsi produk, melainkan hanya dirangsang untuk tertawa. Bahkan khalayak menertawakan produk tersebut. Jelas ini tidak menguntungkan usaha promosi dari suatu produk tertentu. Akhirnya, membuat khalayak tertawa dengan memadukan unsur-unsur humor di dalam iklan boleh saja. Tetapi, jangan sampai khalayak menertawakan produk yang diiklankan.

Nah ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pengiklan menggunakan daya tarik humor adalah :

1. Humor lebih cocok diterapkan pada produk yang sudah dikenal masyarakat, artinya sifat humor pada iklan diterapkan sebatas untuk mempertahankan produk. Bukan untuk mengenalkan produk baru. 
2. Humor lebih cocok untuk mempertahankan produk dan bukan memperkenalkan produk.
3. Humor merupakan metode efektif untuk menarik perhatian, oleh sebab itu humor dipergunakan pada iklan yang berorientasi pada perasaan.
4. Humor lebih memperdalam makna menyukai pada iklan atau produk yang diiklankan. 
5. Humor merupakan metode yang efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan.
6. Humor menyempurnakan kesukaan terhadap iklan atau produk yang diiklankan.
7. Humor tidak  menimbulkan  keunggulan terhadap non humor dalam meningkatkan persuasi.
8. Humor tidak meningkatkan kredibilitas dan sifat humor tidak merugikan secara keseluruhan


Nah, Jadi iklan-iklan yang bagus, iklan yang berhasil mencapai tujuan kreator, agensi dan kliennya, pasti tercipta dari kecerdasan imajinasi, daya kreativitas dan kerja keras serta perencanaan yang matang. Apapun pendekatan daya tarik pesan iklan yang digunakan haruslah memenuhi fungsi utama iklan, yang menurut Dyer (1982 : 6) adalah “Menciptakan hasrat yang sebelumnya tidak ada .” Selain itu pesan iklan tidak meniru iklan yang lainnya. Inilah masalah terbesar industri periklanan Indonesia yaitu orang-orang periklanan cenderung meniru orang-orang periklanan lainnya.

Sumber: 
M.P MELLY, Daya Tarik Pesan Iklan Humors.  Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. UNIKOM

0 Response to "Daya Tarik Humor Dalam Periklan Apakah Efektif?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel